Kota Metro di Provinsi Lampung tidak hanya dikenal sebagai kota pendidikan, tetapi juga menyimpan kekayaan sejarah dan budaya yang layak untuk diungkap. Melalui kegiatan Walking Tour Sejarah Kota Metro, para peserta diajak untuk menelusuri lima titik cagar budaya yang mencerminkan perjalanan panjang kota ini—dari era kolonial Belanda hingga masa awal kemerdekaan Indonesia.

Tur ini bukan sekadar aktivitas jalan-jalan biasa. Ia menjadi sarana edukatif untuk menggali akar sejarah Kota Metro serta membangun kesadaran kolektif akan pentingnya pelestarian warisan budaya. Berikut adalah lima lokasi bersejarah yang menjadi bagian dari perjalanan mengenal jati diri kota.

1. Rumah Dokter Sworning: Jejak Kolonisasi dan Dedikasi Medis

Rumah yang berdiri megah sejak tahun 1940 ini dulunya merupakan kediaman dr. Mas Soemarno Hadinoto, dokter kolonisasi pertama di Metro. Dibangun antara Mei hingga Juni 1939, bangunan ini merupakan bagian dari proyek besar kolonisasi Belanda di Lampung.

Selain menjadi tempat tinggal, rumah ini memiliki nilai sejarah yang kuat karena berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi warga transmigran. Bahkan, pada Maret 1940, rumah ini sempat didokumentasikan oleh Jan van der Kolk, fotografer resmi pemerintah Hindia Belanda, sebagai bagian dari film propaganda kolonisasi.

Kini, rumah ini berdiri sebagai saksi bisu peradaban dan pergeseran sosial masyarakat Kota Metro dari masa ke masa.

2. Menara Masjid Agung Taqwa: Simbol Kebangkitan Spiritualitas

Didirikan pada 21 Juli 1967, Menara Masjid Agung Taqwa merupakan simbol kebangkitan spiritual dan sosial masyarakat Metro setelah masa kolonial. Meski telah mengalami beberapa kali renovasi, bentuk arsitektur asli menara tetap dipertahankan untuk menjaga nilai sejarahnya.

Renovasi besar terakhir dilakukan pada tahun 2013 dan diresmikan kembali dua tahun kemudian. Saat ini, menara tidak hanya berfungsi sebagai tempat kumandang azan, tetapi juga menjadi penanda identitas religius dan pusat kegiatan keagamaan serta sosial masyarakat.

3. Klinik Santa Maria (Eks RS St. Elisabeth): Warisan Pelayanan Kemanusiaan

Klinik Santa Maria didirikan pada tahun 1938 oleh para Suster Fransiskan dan Pastor Neilein. Awalnya dikenal sebagai Rumah Sakit St. Elisabeth, bangunan ini menjadi bukti kontribusi komunitas Katolik dalam membangun sistem pelayanan kesehatan di masa kolonial dan masa transisi menuju kemerdekaan.

Bangunan ini masih kokoh berdiri dan pada tahun 2021 ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Pengakuan ini menegaskan pentingnya warisan keagamaan dan nilai-nilai kemanusiaan dalam sejarah Kota Metro.