Bicara soal peduli, apasih yang dimaksud dengan peduli? peduli adalah sebuah kata yang merujuk pada suatu sikap atau perhatian seseorang terhadap sebuah kondisi yang terjadi di sekitar kita. Lalu apakah sebagai seorang pelajar dapat memberikan kepeduliannya terhadap sesama? Tentu saja sebagai seorang pelajar, rasa kepedulian terhadap sesama merupakan sebuah sikap yang patut dipupuk, karena dengan adanya sikap peduli dengan orang lain, maka ia akan mudah mendapatkan relasi dengan banyak orang yang nantinya dapat menguntungkan untuk dirinya sendiri.
Oleh sebab itu, menjadi seorang pelajar merupakan salah satu keuntungan tersendiri bagi kita karena dengan itu kita dapat dengan mudah membangun jejaring sosial yang baik di lingkungan sekitar kita, dan menjadi perpanjangan tangan untuk menyebarkan kebaikan dalam bingkai ajaran islam serta dirinya akan mudah diterima oleh masyarakat ketika ia sudah terbiasa untuk selalu peduli dalam positif terhadap orang lain.
Lantas apa yang dapat kita lakukan untuk mengaplikasikan kata peduli di kalangan pelajar? Aksi peduli tidak melulu tentang tanggap peristiwa bencana alam atau sejenisnya yang membutuhkan galangan dana atau membutuhkan tenaga untuk membantunya. Akan tetapi rasa dan sikap yang seharusnya kita tanamkan dalam diri kita sebagai seorang pelajar yang mempunyai rasa kepedulian yang tinggi adalah dengan cara memperhatikan sebuah kondisi dan situasi yang terjadi yang dapat kita berikan solusi terbaiknya dengan sesuai kemampuan yang kita miliki.
Jika rasa dan sikap peduli sudah tertanam dalam diri, maka langkah selanjutnya adalah melakukan aksi nyata. Sebagai contoh aksi nyata yang dimaksud adalah ketika kita sedang berada di dalam sebuah organisasi pasti kita akan menemui yang namanya seleksi alam, terkadang hal itu terjadi disebabkan karena adanya dua faktor yang mendukung terjadi peristiwa seleksi alam yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah sebuah alasan yang melatar-belakangi sebab terjadi hengkangnya ia dari keutuhan organisasi tersebut karena berbagai alasan yang berasal dari dalam tubuh organisasi itu sendiri. Faktor ini seringkali terjadi karena kurangnya kepedulian antar anggota organisasi untuk saling menguatkan dan untuk saling mendukung dalam segala kondisi maupun diberbagai kegiatan.
Terkadang, seleksi alam dalam organisasi terjadi karena salah satu anggota diabaikan oleh yang lain, baik karena masalah pribadi maupun kurangnya keakraban. Akibatnya, anggota yang merasa tersisih itu memilih untuk keluar, meskipun sebenarnya ia memiliki rasa cinta terhadap organisasi tersebut
Faktor lainnya adalah penyebab eksternal. Seorang anggota bisa saja merasa tersisih karena menemukan hal lain di luar organisasi yang lebih menarik baginya. Bisa juga karena ia menemukan tempat lain yang memberikan kenyamanan lebih, terutama karena adanya rasa kepedulian yang tinggi antar anggotanya.
Oleh sebab itu, rasa kepedulian dalam sebuah organisasi sangat dibutuhkan untuk mewujudkan organisasi yang harmonis dan humanis. Apabila sebuah organisasi sudah tersusun dengan baik, terutama bagaimana seorang pemimpin dapat merangkul para anggotanya sehingga tercipta rasa peduli antar sesama anggota, maka organisasi tersebut akan semakin dikenal orang dengan sendirinya tanpa perlu dipromosikan oleh para anggota organisasi. Ketika tubuh organisasi sudah hidup suasana kepeduliannya yang baik, maka organisasi itu sendiri akan memiliki jiwa kepedulian terhadap sesama yang tinggi dan masyarakat pun akan menaruh rasa hormat kepada organisasi tersebut.
Ketika seluruh anggota organisasi sudah saling menguatkan, maka kegiatan seperti pengadaan penggalangan dana untuk korban bencana, genosida, dan lain sebagainya akan berjalan lebih mudah karena semua orang telah yakin bahwa organisasi tersebut dapat dipercaya dan amanah terhadap donasi yang dikumpulkan. Para anggota organisasi juga akan mudah untuk turun ke lapangan untuk membantu sesamanya yang sedang dilanda kemalangan. Sesama anggota juga ketika ada sebuah permasalahan maka dapat diselesaikan secara bersama-sama.
Hal inilah yang seharusnya ada dalam jiwa pelajar. Jiwa kepedulian yang positif yang nantinya akan menciptakan negeri yang “Baldatun Toyyibatun wa Robbun Ghofur” agar kita sebagai pelajar khususnya dan sebagai masyarakat umumnya tumbuh rasa aman, tentram, dan sejahtera. Alih-alih kepedulian yang bersifat negatif seperti yang sering juga terjadi terutama beberapa tahun belakangan ini.
Banyaknya pelajar yang tawuran disebabkan “kepedulian” terhadap temannya yang sedang mempunyai masalah dengan pelajar dari sekolah lain. Seharusnya jika ia peduli dengan temannya, ia membantu untuk menyelesaikan masalah yang ada dengan kepala dingin, bukan menambahkan masalah dengan tawuran.
Tawuran bukan ajang untuk menyelesaikan masalah, namun ajang untuk memenangkan gengsi antar pelajar atau pemuda untuk menunjukkan siapa yang terkuat diantara dua kubu yang bertikai. Padahal hal ini bertentangan dengan ajaran islam. Bagaimana islam memandang perdamaian sebagai sesuatu yang sangat dihormati. Kepedulian dengan mengadakan tawuran justru akan menambah luka dan dendam diantara dua kubu, baik mereka yang bertikai, maupun orang tua pelajar yang menjadi korban dari adanya pertikaian antar dua kubu tersebut.
Oleh sebab itu sebagai seorang pelajar yang cerdas, kita harus mampu menempatkan diri kita, dan bagaimana cara kita untuk peduli terhadap sesama, jangan sampai kepedulian kita terhadap sesama justru merugikan orang lain yang tidak berdosa dari sebuah masalah tersebut.
Untuk itu kita sebagai seorang pelajar seharusnya dapat menjadi contoh dan panutan bagi sesama pelajar yang saling menginspirasi agar terealisasi nya Spirit Al-Maun yang menjadi landasan sekaligus menjadi ruh gerakan sosial muhammadiyah supaya terciptanya kader muda yang berdampak untuk indonesia berdaya.